Selasa, 23 Agustus 2011

Ketika "Kebebasan" Telah Direbut

Mungkin judul itu yang tepat untuk menggambarkan perasaan galau saya ini (eheya). Yaps! Kebebasan saya telah direnggut.

Hahaha, mungkin terdengar lebay dan ironis, tapi ternyata tidak separah itu. Kebebasan yang saya maksudkan disini adalah kebebasan dalam menuangkan isi hati, pikiran, dan perbuatan. Karena sifat asli dari saya adalah pemalu, makanya saya lebih memilih ber-sosialisasi di dunia maya, namun seiring waktu berjalan, dunia maya yang dulunya sepi sekarang sudah ramai didatangi semua makhluk.

Pada satu sisi, mungkin ini sebuah kabar yang baik bagi saya, karena sudah bisa bersosialisasi dengan lancar menggunakan dunia maya. Komunikasi pun lebih lancar dan lebih mudah untuk menghubungi satu sama lain. Dan juga, tweet/status dari wanita idaman cenderung menggambarkan isi hati mereka yang tak terimplementasikan di dunia nyata, sehingga lebih mudah mengenal mereka lebih dalam (hehe). Namun pada satu sisi lain, mencurahkan hal-hal yang diinginkan didunia maya tak lagi sebebas dulu. Dulu, saat semua orang masih menggunakan friendster, saya beralih ke facebook. Dulu, saat semua orang ramai menggunakan facebook, saya pindah ke twitter. Nah sekarang, haru pindah kemana lagi agar bisa bebas? Perlukah membuat sebuah situs jejaring sosial sendiri?

Mungkin terdengar egois, merasa ingin punya dunia sendiri, tanpa ada yang melarang. Tapi, itulah dampak dari ketidak percayaan kepada makhluk nyata sendiri. Teringat sebuah cerita bahwa pada saat orang tua sekarang masih muda, mereka sering berbagi dengan orang tua mereka dan kemudian mereka mendapatkan saran yang baik. Namun sekarang, mungkin para orang tua itu terlalu sibuk dengan pekerjaan atau mungkin mereka tak ingin mendengarkan. Entahlah, namun hal tersebut yang membuat saya lari ke dunia maya.

Dan sekarang, tak ada lagi dunia tempat saya berbagi, harus kah berbagi kepada cermin? atau mungkin kepada kucing/binatang? Terdengar gila.

Sekian celoteh dari saya lagi, sampai jumpa pada celoteh selanjutnya

Jumat, 05 Agustus 2011

Pacaran, HTS, atau Sahabat?

Samlekum

Let's talk about "celoteh" again, kali ini tentang cinta.
Suatu malam, ada teman saya sedang bercengkrama ria, sepertinya seru sekali pembicaraan mereka, sebagai orang yang susupo (bahasa palu, re: orang yang rasa ingin tahunya tinggi) saya datang. Namun saat saya datang, kayaknya perbincangan tak seseru yang terbayangkan.

Saat mereka berdua berpisah sejenak, saya tanya ke si boy "hei, kamu dua pacaran?"
Lama si boy terdiam, "Tidak"
Saya berkata "Bukan tidak, tapi belum. Kau punya niat pacaran dengan dia."
Boy hanya tertawa.

"Sekarang saya tanya kau, apa yang akan kau lakukan kemudian saat kamu dua pacaran?" Saya bertanya, si boy diam, spertinya sedang berpikir. "Apa makna dari pacaran, kalau semua hal yang bisa dilakukan oleh pacar sudah dilakukan oleh kita sebagai sahabat atau mungkin HTS?" Tanya lagi. Si boy jawab "kalau pacaran, suatu saat kita bisa bosan, jadilah putus, hahaha." Saya bilang, "itu bukan cinta, itu hanya suka, cinta itu tidak pernah hilang, hanya kadarnya saja yang berkurang.". Si boy bilang, "ah, kau banyak bacot saja, kenapa kau sendiri nda pernah pacaran atau tembak cewek? Cuma berani HTS-an saja!" Saya jawab, "karena belum ada yang bisa jawab pertanyaanku yang sebelumnya."

Kemudian si boy hanya diam, entah apa yang dipikirkannya. Dan, berakhirlah perbincangan remaja itu.